Kemarin, sekarang dan lusa adalah garis waktu yang tidak bisa dibantah setiap manusia. Waktu adalah permainan pikiran, waktu adalah tentang bagaimana menikmati setiap detik, bagaimana menempatkan setiap emosi pada waktu yang tepat dan bagaimana menikmati arti hidup. Waktu juga bersifat relatif, sebagian dapat memaksimalkan waktu yang dia miliki dan sebagian nya lagi membuang-buang dan merasakan penyesalan diujung.

     Ketakutan menjadi alasan bagi banyak orang untuk tidak berani mencoba, tidak berani mengungkapkan perasaan dan hidup pada keadaan stagnan. Inilah alasan banyak orang tidak bisa menemukan jati diri mereka dan tenggelam dalam rasa hampa. Sebagian berpendapat waktu tidak datang dua kali, jangan lewatkan kesempatan, bla bla bla dan bla. Tapi, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

       Arti hidup, tiap orang memiliki defenisi yang berbeda, sebagian berpendapat hidup adalah tentang kekayaan, ada yang berpendapat hidup adalah tentang cinta, hidup adalah tentang kenyamanan, hidup adalah tentang kebahagiaan. Tidak ada yang salah tentang itu, bahkan sebagian menikmati hidupnya dengan melihat penderitaan orang lain. Waktu seolah menjadi cincin pemicu sebuah granat. Begitu juga hidup, waktu adalah pemicunya. Ketika cincin pemicu granat dilepas, hanya butuh waktu 2-6 detik untuk meledak. Begitu juga hidup, ketika terlahir maka waktu kita juga sudah dimulai dan seberapa besar ledakan yang kita timbulkan terhadap dunia, tergantung kita memilih menjadi jenis apa.

         Sebagian orang memilih menghabiskan hidup untuk bermanfaat bagi orang lain, ibarat sebuah lilin, ia mampu menerangi sekitarnya namun ia membakar dirinya sendiri. Cinta menjadi alasan yang kuat mengapa hal ini bisa terjadi, cinta yang sejati adalah bagaimana tentang berkorban, bagaimana tidak mementingkan ego terhadap diri sendiri, dan dengan cara inilah sebagian menemukan arti hidup dalam dirinya. Sebagiannya lagi ibarat api, dia membutuhkan wadah dan bahan untuk terus dapat hidup dan tak padam. Mereka adalah lintah yang menghisap darah orang lain, memperkaya diri sendiri dan tidak sedikitpun memikirkan orang lain. Cinta yang mereka miliki hanyalah cinta pada diri sendiri, egois dan menjadi penyebab tercemarnya bumi manusia.

    Orang-orang saling berlomba mengejar kekayaan, orang-orang terus berkembang, terus berinovasi, terus tumbuh dan seiring dengan itu bumi kita semakin menua. Semakin dihabisi, semakin dikikis, dan terus digeruk. Tak apa, mereka mengatakan ini adalah demi masa depan yang cerah, pabrik terus berdiri, limbah terus bertambah, pohon yang menjadi sumber pernapasan paru-paru bumi ditumbangkan. Bangunan pencakar langit menjorok ke awan, tanpa sadar lapisan ozon sudah menipis seolah manusia merasa akan mampu mencapai langit dan menentang setiap malaikat dan seolah berkata kami lah penguasa sejati, ya manusia yang diberikan pikiran untuk terus berinovasi. Dan tak sadar hukum tuhan sudah mulai berjalan kedataran bumi. Benar, keegoisan akan membawa kebinasaan pada manusia. Keegoisan menciptakan permusuhan, keegoisan menjadi dalih setiap orang untuk bersaing tanpa memikirkan dan seolah arti hidup hanyalah sebatas ini. Lantas, apasih arti dari hidup ???

“Ego adalah gerbang antara kebenaran atau kesalahan, kadang kala benar dan kadang kala ia salah dan menghancurkan diri sendiri.”