Nafsu, adalah psikologis yang menyebabkan hasrat tiap manusia, merupakan emosional yang besar terhadap pemikiran atau fantasi. Harta, tahta, cinta semuanya merupakan bagian dari sekularisme yang dimiliki tiap individu. Bahkan tuhan pun membenarkan hal itu, Tuhan yang hanya dimintai ketika ada perlunya saja, tuhan yang hanya berupa simbolis semata, Tuhan yang mereka puja tanpa mengetahui arah, bahkan tidak tahu itu tuhan yang mana.

Seringkali orang beranggapan kok hidup gini-gini aja, kok janggal, ada yang kurang, berantakan, gak menentu. Hidup memang aneh, apasih tujuan hidup sebenarnya, pernah gak terlintas kenapa kita ada didunia, kenapa ada Tuhan, kok ada rantai antara si penguasa dan buruh, kok ada kapitalis dan sosialis, kok ada semesta, kok ada mikroorganisme, apakah semua itu merupakan hubungan sebab akibat? Haruskan tiap organisme terkecil di muka bumi bisa dijelaskan secara rasional. Ataukah Tuhan hanya menjadi dalih bagi orang-orang untuk membuktikan ketidakmampuan mereka mengungkap hal ini. Tuhan dijadikan kambing hitam, Tuhan dijadikan alat pemeras , Tuhan dijadikan sumber ketakutan bagi orang lain. Dimana nyatanya ini adalah cara bagi mereka untuk memenuhi NAFSU semata.

Sejak awal pilihannya jatuh pada sekularisme, memikirkan orientasi dunia, berpikir bagaimana jalan hidup masa depan, tentang karir, dan bagaimana menjalani hidup. Nafsu seolah menjadi pemicu untuk terus mengasah tiap ruang hidup untuk menjadi lebih baik. Tanpa berpikir, apa yang akan terjadi ketika meninggal kelak, akankah semua musnah menjadi bagian partikel dari alam semesta. Akankah orientasi hidup hanya akan terekam abadi di gelombang semesta, ataukah semuanya hilang dan proses daur ulang terus berjalan dan semuanya kembali pada porsinya masing-masing. Itu semua menjadi pertanyaan yang belum terjawab. Tulisan ini tentunya dibuat untuk berbagi terhadap pembaca bagaimana perjalanan hidup seseorang yang bahkan diapun belum tentu tahu ujungnya akan berakhir dimana, bahagia, sedih, senang, haru, tiada yang tahu biarkan berjalan dengan semestinya.


“ Hidup itu adalah bagaimana kita mengatur pikiran, hidup itu relativitas, kita yang menetukan plot ataupun alurnya, Hidup itu Indah.”