Tidak
semua orang beruntung mendapatkan cinta yang mereka inginkan, sayangnya cinta
bukan seperti arus dua arah yang terus berulang dan memberikan rasa satu sama
lain. Cinta juga bisa berupah one direction, satu arah. Cinta juga bisa
kehabisan energi, cinta butuh diisi ulang, cinta juga bisa usang, cinta juga
bisa mati. Mencintai tanpa dicintai, bagaimanakah rasanya, apakah setiap pengorbanan
yang dilakukan akan mendapat balasan setimpal, apakah cinta yang begitu besar
akan dibalas dengan kasih yang sama. Sayangnya tidak, seolah takdir juga lah
yang menentukan bagaimana perjalanan cinta seseorang. Baiknnya, setiap orang
bebas mencintai, bebas menyukai apa yang mereka pilih, bebas mengekspresikan
cinta mereka, namun tidak akan bisa menetukan balasan atas cinta tersebut. Bisa
berupa pahit, sedih, dan duka. Akankah cinta kepada Tuhan menjadi jalan satu-satunya
jalan untuk mengadu, akankah cinta kepada Tuhan akan terbalas, atau hanya
membuang energi tanpa tahu landasan dari cinta tersebut.
Sebagian
mengatakan, cinta adalah representasi dari diri kita, baik buruknya kita juga
menentukan kualitas cinta yang akan kita dapatkan. Cinta itu ibarat hubungan
sebab akibat, bagaimana kamu memperlakukannya, begitu juga dia akan
memperlakukanmu.
Namun
kadang hal ini tidak berlaku, sebagian terlahir kedunia adalah untuk dibenci,
sebagiannya untuk dicintai, sejak awal terlahir, cinta, dan mati merupakan
peristiwa pening dalam hidup. Katanya kita bisa memilih, kita bisa menentukan,
ya itu benar. Kita bisa menentukan mana yang terbaik untuk diri kita. Tapi kita
tidak bisa menentukan kita akan menjadi yang terbaik untuk orang lain. Jika
diberikan pilihan, manakah lebih baik dicintai atau mencintai, mungkin semua
orang akan memilih untuk dicintai. Tapi tidak, mencintai adalah emosi yang
sangat dalam, perasaan rela berkorban, perasaan damai, semua tentang kebaikan,
luapan hati yang murni namun sangat rentan dengan kerapuhan. Sedikit saja,
cinta dapat berubah menjadi rasa benci mendalam, berubah menjadi luka bahkan
menjadi kutukan. Mereka bilang, cinta itu buta, cinta itu memakai mata hati.
Kalau memang benar, cinta itu tidak akan terdefenisi. Sayangnya kata romantis
tentang cinta adalah tuntunan bagi banyak orang yang menjadi pemuja sejati
tanpa tahu itu hanyalah kebohongan.
Cinta
itu buta, that’s bullshit. Cinta itu tidak memandang rupa, materi, that’s
bullshit. Bahkan sebelum cinta ada, matalah yang menjadi indra pertama
menyampaikan emosi cinta hingga mengalir ke otak. Yang katanya cinta dapat
membuat jantung berdegup tidak karuan, matalah yang menyampaikan informasi
lewat aliran darah hingga mencapai jantung.
Bahkan
jika mata tidak ada, indra-indra lain dapat menjadi penyampai informasi ke
dalam diri kita, telinga, perasa dan lainnya. Semua itu tidak buta, mereka tahu
kemana arus mereka untuk menyampaikan informasi. Tidak ada yang buta, semunya
jelas kelihatan. Bahkan bagi orang buta sekalipun.
Buta
itu hanyalah ilusi jika disandingkan dengan cinta, buta itu hanyalah frasa
romantis bagi orang-orang yang jatuh cinta. Padahal melebihi hal itu, cinta
adalah sumber kekuatan di alam semesta ini.
“Selain
menjadi sumber kebahagian, cinta juga merupakan penyebab kebencian.”
0 Komentar